Hidup ini Hanya Sekali, maka Lakukanlah yang Terbaik!



Hi, Dears, kali ini aku mau sharing sedikit tentang pengalaman membaca koleksi buku pribadi yang sudah lama nagkring dan kuabaikan di rak buku. Judul tulisan ini sengaja aku kutip dari buku yang aku baca, buku “Malu jadi Benalu” karya Aa Gym. Tahun 2007 silam aku membelinya hanya melihat judul tanpa membaca sinopsis yang biasanya ada di belakang cover buku. Kemarin saat ingin membaca buku yang ada di rak meja belajar, tiba-tiba buku itu yang terlihat lebih jelas dari pandanganku. Seperti ada sebuah perintah bahwa buku itu harus aku baca.

Tahun 2007 silam saat aku masih duduk dibangku SMA aku tergolong cewek pemalu, ketemu teman baru kalau nggak diajak kenalan terlebih dulu aku lebih banyak diamnya. Bahkan ke kantor guru kalau nggak ada temannya aku nggak mau karena malu. Kebetulan akhir tahun sekolah ada bazar buku yang diadakan sekolah. Saat itulah aku menemukan buku "Malu jadi Benalu" karya Aa Gym tersebut. Aku pikir buku itu berisi tentang tips-tips menghilangkan rasa malu, sehingga tanpa membaca  sinopsisnya aku langsung membeli.

Tiba di pesantren aku langsung membaca buku tersebut, tapi karena buku tersebut bukan berisi tentang yang aku harapkan seperti tips dan bagaimana cara menghilangkan rasa pemalu, akhirnya buku itu hanya kusimpan tanpa pernah membacanya sampai selesai. Setelah hampir 12 tahun berlalu,  akhirnya buku itu baru kubaca secara keseluruhan. Ada rasa sesal kenapa buku itu tidak aku baca secara keseluruhan sejak awal aku membelinya. Banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari buku tersebut, termasuk ide kemandirian dari sosok Aa Gym, kyai yang waktu itu terkenal dengan menajemen qalbunya.

Kutipan yang menjadi judul di ataslah yang membuat hati ini tergugah untuk terus melakukan kebaikan. Entah begitu sulitnya memperbaiki diri yang sudah lama terbuai oleh kesenangan-kesenangan semu. Rasanya diri ini rindu dan ingin kembali kepada tahun 2007 silam, saat dimana aku berada di pesantren dengan semangat yang terus menyala untuk terus berbenah. Namun, nyatanya iman diri selalu terkikis hingga tipis, sehingga aku lupa bahwa aku adalah santri yang harus terus berbenah dan kembali melakukan kebaikan. Aku baru menyadari bahwa dunia di luar pesantren amat sangat keras dan kejam, tanpa bekal ilmu dan iman yang kuat kita akan mudah tumbang dan jatuh.

Buku itu juga mengajarkan bagaimana menjadi pribadi yang mandiri, buku "Malu jadi Benalu" mengajarkanku untuk malu merepotkan orang lain dan malu berpangku tangan kepada orang lain. Sering sekali, diri ini terlambat menyadari bahwa banyak hal yang masih belum aku pahami dengan baik. Ya Allah perkenankanlah hamba menemukan potensi yang ada pada diri, sehingga dengan potensi yang aku miliki aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Amin.

#tulissajadulu
#bangkitkansemangatmenulis



You Might Also Like

0 komentar