www.pexels.com

Assalamualaikum sahabat Roisya’s Blog
Pernah nggak Dears, kalian merasa sudah kerja keras tapi tidak mendapatkan hasil yang sesuai? Contohnya nih kita kerja 10 jam namun hanya dibayar 8 jam? pasti nyesek, marah dan bawaannya pengen mogok kerja karena kita tidak mendapatkan hak yang sesuai dengan kerja keras kita ya Dears. Tentu, inipun juga membuat semangat kerja kita menurun dan mempengaruhi kinerja kita setelahnya. Untuk itu agar kita tidak mudah mengeluh karena hak yang kita terima tidak sesuai dengan kerja keras, kita harus menyadari 5 hal di bawah ini:

Allah Turut Mengatur Pekerjaanmu
kita harus menyadari bahwa Allah turut mengatur apa yang kita kerjakan termasuk kegiatan kita selama 24 jam setiap harinya. Tak ada satupun hal yang luput dari aturan Allah. Jadi bersyukurlah dengan apa yang ada dalam hidupmu, termasuk mensyukuri pekerjaan yang telah diamanahi kepada kita. Tidak semua orang punya kesempatan bekerja dan mengabdikan hidupnya dalam kebaikan. Allah telah mempercayakan kepada kita dan menganugerahkan kemampuan bekerja yang mungkin tak pernah dihargai oleh manusia, tapi percayalah Allah turut andil dan pasti Allah akan menghargai kerja kerasmu sekalipun kamu tak pernah mendapatkan penghargaan dari orang lain.

Hak Kerja tidak selalu Berupa Materi
Ini juga penting disadari Dears, setiap kerja keras yang kita lakukan dan setiap peluh yang kita keluarkan tidaklah selalu harus dibalas dalam bentuk materi. Terkadang kita terlalu tamak dan menghitung sendiri harga yang sesuai kita dapatkan setelah melakukan kerja yang keras. Kita terlebih dulu lancang menghitung jatah yang yang meski kita dapatkan ketimbang harus mengoptimalkan hati agar hati ini bisa selalu ikhlas bekerja. Kalau mau menyadari bahwa hak kerja kita tidak selalu berupa materi, hati akan lebih lapang menerima. Hak kerja kita bisa jadi Allah ganti dengan sehatnya jasmani dan kebahagian dalam bentuk lain yang tidak kita sadari bahwa itu bagian dari hal indah atas kerja keras kita.

Belajar ikhlas
Ini yang harusnya kita tancapkan dalam diri bahwa kita bekerja juga harus dibarengi dengan rasa ikhlas. Bekerjalah memang seharusnya kamu harus melakukan itu tanpa memikirkan hak yang akan kamu terima setelahnya. Tidak mudah memang bekerja dengan ikhlas, tapi disinilah kita harus terus belajar ikhlas. Selalu ada hal dalam pekerjaanmu yang memang menuntutmu untuk terus belajar ikhlas.

Belajar Bersyukur
Tidak semua orang berkesempatan mendapatkan pekerjaan dan tidak semua orang bisa melakukan apa yang kamu lakukan. Bersyukurlah karena sudah bekerja keras dan melakukannya dengan baik. Bersyukurlah karena telah melakukan kerja keras yang mungkin diluar sana masih banyak orang tidak berkesempatan seperti kamu. Ini sudah Allah atur dan berikan kepadamu, maka cara mensyukurinya adalah terus bekerja keras tanpa memikirkan hak yang harus kamu dapatkan.

Allah yang akan Memberikan Hak sesuai dengan Kerja Kerasmu
Jika kamu tidak mendapatkan hak dari kerja kerasmu, yakin dan percayalah bahwa Allah sendiri yang akan memberikan hak dari kerja kerasmu. Manusia bisa saja salah dalam menghitung seberapa besar kerja kerasmu. Tapi hitungan Allah tidak pernah salah, Allah yang akan menganti semua hakmu yang telah terabaikan oleh manusia. Allah akan mengantinya dalam bentuk lain seperti sehatnya jasmani, kebahagiaan bersama keluarga dan tentramnya jiwa. Inipun berlaku kepada orang yang mendapatkan sesuatu lebih besar dari haknya, masih banyak orang yang kerjanya setengah-setengah namun mendapatkan lebih besar dibanding orang yang bekerja keras. Ingatlah Allah pun bisa mengambil kelebihan haknya dengan sakitnya jasmani dan ketidakbahagiaan.

itulah 5 hal yang harus kita sadari saat kita mendapatkan hak yang tidak sesuai dengan kerja keras kita. Untuk itu tak perlu bersedih dan mengeluh lagi jika kerja keras kita tidak dihargai seperti bagaimana mestinya. Allah lebih tahu tentang apa yang kamu kerjakan dan Allah pun sudah menjamin semuanya sesuai dengan apa yang telah kita kerjakan.

Hi, Dears, kali ini aku mau sharing sedikit tentang pengalaman membaca koleksi buku pribadi yang sudah lama nagkring dan kuabaikan di rak buku. Judul tulisan ini sengaja aku kutip dari buku yang aku baca, buku “Malu jadi Benalu” karya Aa Gym. Tahun 2007 silam aku membelinya hanya melihat judul tanpa membaca sinopsis yang biasanya ada di belakang cover buku. Kemarin saat ingin membaca buku yang ada di rak meja belajar, tiba-tiba buku itu yang terlihat lebih jelas dari pandanganku. Seperti ada sebuah perintah bahwa buku itu harus aku baca.

Tahun 2007 silam saat aku masih duduk dibangku SMA aku tergolong cewek pemalu, ketemu teman baru kalau nggak diajak kenalan terlebih dulu aku lebih banyak diamnya. Bahkan ke kantor guru kalau nggak ada temannya aku nggak mau karena malu. Kebetulan akhir tahun sekolah ada bazar buku yang diadakan sekolah. Saat itulah aku menemukan buku "Malu jadi Benalu" karya Aa Gym tersebut. Aku pikir buku itu berisi tentang tips-tips menghilangkan rasa malu, sehingga tanpa membaca  sinopsisnya aku langsung membeli.

Tiba di pesantren aku langsung membaca buku tersebut, tapi karena buku tersebut bukan berisi tentang yang aku harapkan seperti tips dan bagaimana cara menghilangkan rasa pemalu, akhirnya buku itu hanya kusimpan tanpa pernah membacanya sampai selesai. Setelah hampir 12 tahun berlalu,  akhirnya buku itu baru kubaca secara keseluruhan. Ada rasa sesal kenapa buku itu tidak aku baca secara keseluruhan sejak awal aku membelinya. Banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari buku tersebut, termasuk ide kemandirian dari sosok Aa Gym, kyai yang waktu itu terkenal dengan menajemen qalbunya.

Kutipan yang menjadi judul di ataslah yang membuat hati ini tergugah untuk terus melakukan kebaikan. Entah begitu sulitnya memperbaiki diri yang sudah lama terbuai oleh kesenangan-kesenangan semu. Rasanya diri ini rindu dan ingin kembali kepada tahun 2007 silam, saat dimana aku berada di pesantren dengan semangat yang terus menyala untuk terus berbenah. Namun, nyatanya iman diri selalu terkikis hingga tipis, sehingga aku lupa bahwa aku adalah santri yang harus terus berbenah dan kembali melakukan kebaikan. Aku baru menyadari bahwa dunia di luar pesantren amat sangat keras dan kejam, tanpa bekal ilmu dan iman yang kuat kita akan mudah tumbang dan jatuh.

Buku itu juga mengajarkan bagaimana menjadi pribadi yang mandiri, buku "Malu jadi Benalu" mengajarkanku untuk malu merepotkan orang lain dan malu berpangku tangan kepada orang lain. Sering sekali, diri ini terlambat menyadari bahwa banyak hal yang masih belum aku pahami dengan baik. Ya Allah perkenankanlah hamba menemukan potensi yang ada pada diri, sehingga dengan potensi yang aku miliki aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Amin.

#tulissajadulu
#bangkitkansemangatmenulis