Melepasmu ...

pexels.com

“Aku harus pastikan sendiri”, batin widi bergemuruh. Hatinya panas lantaran ia mendengar suara perempuan dibalik handphone lelaki yang dicintainya, Bimo. Banyak pertanyaan yang sedang meliputi pikirannya saat itu, telpon widi yang harusnya dijawab bimo ternyata dijawab oleh seorang cewek. Ia cemburu, karena ia tak seberani dan sebagai kekasih tak pernah sekalipun membawa handphone bimo seperti halnya yang dilakukan cewek dibalik telpon itu.

Hubungan widi dengan bimo memang sedang bermasalah. Akan tetapi widi tetap bertahan sebelum bimo benar-benar memutuskan cintanya. Harapannya selalu ia yakinkan bahwa manusia hanyalah bisa berusaha. Widi terus berusaha menjaga cintanya, meski pilu sering ia rasakan dengan sikap bimo yang sering menarik ulur cintanya.


Bimo memang cowok yang semaunya saja. Diam-diam di setiap ucapan bimo menyimpan kepedulian kepada widi namun kemudian juga menjatuhkannya. Widi yang selalu di buat binggung dengan sikapnya tak membuat ia berputus asa untuk mempertahankan hubungan meski widi tahu ada cewek lain yang sedang dekat dengan bimo.

“Aku harus benar-benar menemuinya”, ungkap widi dengan segera memacu motornya menuju tempat bimo. Selain rumah, kafe ‘marcopollo’ adalah tempat kedua bimo menghabiskan waktu. Widi tahu betul pasti saat ini bimo berada di kafe milik ayahnya itu. Sontak wajah widi yang putih terlihat pucat setelah tahu bahwa ada seorang cewek duduk di pojok kafe, tempat favorit bimo.

“Maaf, kamu cewek yang menerima telponku tadi kan?”, widi memberanikan diri membuka pertanyaan. “Iya Mbak, Aku sena yang tadi menerima telpon Mbak. Mas Bimo sedang keluar sebentar”, cewek tersebut menjawab seakan tahu aku sedang mencari bimo. Widi mencoba membesarkan hati meski hati sebenarnya tak mampu menerima cowok yang amat dicintainya dekat dengan cewek lain.

Di sela-sela menunggu kedatangan bimo, widi menuliskan semua isi hatinya di dalam diary. Widi yang hobi menulis tak pernah luput menuliskan semua kisahnya bersama bimo di dalam diary pribadinya. Baginya menulis diary adalah kebahagian tersendiri, ia mampu mengungkapkan dan meluapkan seluruh emosinya.


Dear Bim!
Kamu puas bim, telah membuatku kehilangan kewarasan. Kamu tak akan pernah bisa menjadi aku yang dengan sabar mencoba bertahan dengan harapan besar yang sering kau hancurkan, lalu kau utuhkan kembali. Sebesar apapun perihnya hati ini, aku tak akan pernah mampu marah padamu. Secepat itukah engkau melupakan kenangan aku dan kamu yang menjelma menjadi kita. Iya, kenangan kita saat bersama menuliskan deretan puisi dan syair tentang rasa kita.
Kamu puas bim, telah membuatku menunggu lama tanpa kepastian, lalu sekarang kau biarkan aku berhadapan dengan cewek yang membuatku sangat cemburu kepadanya, karena seakan-seakan engkau lebih mengistimewakannya dibandingkan aku yang sudah lama bersamamu.

Setelah cukup lama widi menanti, akhirnya bimo datang. Widi yang merasa tersudutkan mencoba meminta keyakinan kepada bimo. “Maafkan aku, Widi. Aku tak bisa memilihmu. Sena yang selalu ada di dalam mimpiku, bukan engkau”, kata bimo yang membuat luka widi. Cewek yang ternyata bernama sena itu seakan merdeka atas pilihan bimo dan tak peduli dengan perasaan widi. “Jika memang aku bukan pilihanmu, Bim! menikahlah segera dengan Sena, agar hati ini bahagia lantaran dengan pernikahanmu harapanku benar-benar telah mati”, pinta widi kepada bimo.
Setelah merasa cukup puas dengan jawaban bimo, widi meninggalkan bimo bersama sena. Widi berusaha mengikhlaskannya, meski sebenarnya widi tak sanggup menghadapinya sendiri.

Dear Bim!
Kamu tak akan pernah tahu perjuanganku melupakanmu! Kamu tak akan pernah tahu bagaimana usahaku menyembuhkan luka. Kamu tak akan pernah tahu susahnya menjadi aku. Terima kasih sudah mengajarkan bagaimana menjadi ikhlas, terima kasih telah membuatku merasakan pahitnya kehilangan, terima kasih pula telah membuatku bahagia dengan hancurnya pengharapan.
Seandainya kau lakukan dari awal, mungkin aku tak akan kehilangan kewarasan. Namun inilah cinta Tuhan terhadapku, mengajarkan berapa besar kerelaanku melepasmu. Sakit memang, tapi aku yakin Tuhan akan menyembuhkan sakitku.


You Might Also Like

0 komentar