“Belum tidur,
Dik?” pertanyaan Mas Suryo membuyarkan pikiranku.
Ku tatap wajah
teduh suamiku.
“Belum Mas, aku kepikiran Ibu di kampung, aku
rindu ibu, aku ingin sekali mengunjugi rumah ibu, rumah yang penuh dengan
kenangan bersama ibu,” keluhku.
“Tidurlah, besok
banyak sekali yang harus aku kerjakan di kantor, aku harus istirahat”. Ucap Mas
Suryo.
Aku melihat wajah
mas Suryo mulai marah, ia selalu tak ingin aku mengingatkan tentang rumah ibu.
***
Hawa dingin
merasuk kedalam jiwa. Dinginnya serupa rindu dalam hati yang lama membeku. Entah
sudah berapa bulan aku tak mengunjungi ibu. Hanya suaranya yang bisa kudengar
melalui telepon, namun tak pernah mampu mencairkan kerinduan ini. Aku tahu ibu
tak pernah lelah menungguku pulang. Namun setelah kejadian itu, mas suryo tak
ingin kembali ke rumah ibuku. Tanah kelahiranku yang selalu mengingatkannya
kepada perlakuan ayah tiri kepadaku.
Lima bulan
setelah aku menikah, ibu memutuskan menikah dengan seseorang yang tidak pernah
dicintainya. Sejak kecil, ayah sudah meninggalkan kami berdua akibat kecelakaan
yang merengut nyawanya. Entahlah aku tak mengerti kenapa ibu mau saja menikah
dengan laki-laki itu. Namanya karto, juragan sayur yang baru saja menduda. Jadilah
kami tinggal berempat dirumah ibu. Mas suryo yang bekerja di luar kota
membuatnya jarang pulang ke rumah. Kemudian ibu yang sibuk dengan pekerjaan
baru menjual sayur di toko ayah tiriku membuat aku dan ayah tiriku sering hanya
berdua dirumah.
Malam itu, ibu
tak biasanya pulang terlambat dari toko. Aku merasa resah sekali, beberapa kali
ku pandangi jendela rumah, berharap ibu atau mas suryo segera pulang. Lelahnya aktivitas
seharian tadi membuat mulutku berulang kali menguap, mataku terasa sangat berat
tak mampu lagi menahan kantuk. Kulangkahkan kaki menuju kamar dan kuhempaskan
tubuh kecilku diatas kasur. Aku yang baru saja merasakan kenyamanan dalam tidur
tiba-tiba terbangun oleh suara gaduh di dekatku.
“Dasar ayah
kurang ajar!”
Kulihat mas suryo
menampar keras wajah ayah tiriku.
“Mas suryo sudah
pulang? kenapa Mas bertengkar dengan ayah?”
Melihat aku
terbangun, ayah berlari meninggalkan kamarku dengan menahan sakit akibat
tamparan mas suryo.
***
Kejadian 2 tahun
silam membuat suamiku enggan membawaku pulang mengunjungi ibu bahkan tak pernah
mengizinkanku untuk pulang sendiri. Mas suryo belum bisa menerima perlakuan
ayah tiriku kepadaku malam itu. Aku yang waktu itu tertidur pulas di dalam
kamar tak menyadari ayah tiriku memasuki kamarku, menciumku dan mencoba
melakukan pemerkosaan kepadaku. Beruntung mas suryo segera datang dan memergoki
ayah tiriku sehingga hal yang buruk tidak terjadi kepadaku. Dan beruntungnya
lagi ibu tak pernah mengetahui kejadian tersebut. Aku dan mas suryo yang tak
ingin melukai hati ibu dengan cerita tersebut.
Setelah kejadian
itu, mas suryo memboyongku ke kota ini. Aku menyetujuinya meskipun aku harus
tinggal terpisah dengan ibu dan hanya tinggal disebuah rumah kontrakan. Kupandangi
wajah lelah mas suryo yang sedang tertidur pulas. Aku bersyukur telah memilikinya
dan menjagaku sepenuh hati. Aku tahu mas suryo masih menyimpan kekecewaan
kepada ayah tiriku dan tentu mas suryo tak pernah sekalipun ingin memisahkan
aku dengan ibu, keadaanlah yang membuatnya seperti ini.
#Semangatbelajarmenulis
#yangpentingtulisdulu
Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community
#Day24
0 komentar