Pagi ini pertama kali aku masuk Madrasah setelah dua minggu kemarin libur
semester dan seminggu izin libur karena ibu mertua yang sakit bebarengan dengan
si kecil adam. Hari pertama masuk harus ku awali dengan baik, jangan sampai aku
datang terlambat. Sudah menjadi kebiasaanku kalau aktivitas di awali dengan hal
buruk pasti besoknya pun begitu. Oleh karena itu, agar aku selalu datang tepat
waktu maka hari pertama masuk Madrasah pun tak boleh datang terlambat. Awal yang
baik demi masa depan yang baik.
Tahun ini adalah tepat 5 tahun aku mengabdi di Madrasah. Waktu yang cukup
lama mengenal anak-anak dengan latar belakang yang berbeda. Aku yang tak pernah
bermimpi menjadi Guru, Qadarallah akhirnya aku pun mencintai pekerjaan ini.
Berulang kali berpikir untuk berhenti karena merasa tak mampu menjadi panutan
yang baik bagi mereka. Namun, Alhamdulillah hingga 5 tahun ini aku masih diberi
kekuatan bertahan memperbaiki diri untuk diri sendiri dan tentunya untuk
memberikan contah yang baik buat mereka.
Pagi ini dengan tas rangsel kesayanganku, aku memasuki kelas dengan
semangat. Kelas unggulan Madarasah yang aku sendiri wali kelasnya. Saat
memasuki kelas ini terasa sekali persaingannya. Semua berebut ingin menjadi
yang terbaik. Namun ada satu tugas besar yang saat ini masih menjadi PR besar
buat aku, yaitu menjadikan kelas yang kompak serta menanamkan jiwa sosial yang
tinggi kepada mereka yang selalu bersaing keras untuk menjadi terbaik. Buat apa
menjadi terbaik, kalau mereka tak memiliki jiwa sosial yang baik. Saat salah
satu diantara mereka memahami ilmu baru ia simpan sendiri dan tak mau berbagi,
hanya karena tak ingin ada yang mengunggulinya.
Untuk itu, benar saja memang tidak cukup. Kebenaran harus dibarengi dengan
cara yang baik. Mereka benar ingin selalu bersaing menjadi yang terbaik, namun
juga harus dilakukan dengan cara yang baik. Menanamkan tentang benar dan baik
kepada mereka ini pun terus kulakukan dari hal kecil. Beberapa kali aku
bersabar menghadapi mereka dengan segala keunikannya. Ada satu cerita, saat
pelajaran akan di mulai, aku menyuruh anak-anak untuk mengeluarkan buku
pelajaran. Benar saja mereka mengeluarkan buku tapi mengeluarkan buku pelajaran
keluar kelas. beginilah kalau kebenaran tidak dilakukan dengan cara yang baik.
Satu cerita lagi, saat aku menanyakan dimana rumah mereka, benar saja
mereka menjawab bahwa rumahnya tidak dibawa, kan bukan siput. Sebagai guru
memang harus menyediakan berton-ton stok sabar menghadapi tingkah mereka. Mereka
memang benar dengan segala kebenarannya. Namun mereka lebih sering melakukannya
dengan cara yang kurang baik. Duduk didalam kelas saat pelajaran adalah benar
namun mereka juga harus tahu cara duduk yang baik agar jangan sampai mereka
duduk cangkruk di depan guru.
Tugas seorang guru memang tidak hanya menyampaikan pelajaran dengan baik,
namun juga harus berusaha keras memberi contoh dan teladan yang terbaik untuk
mereka. Itu tugas yang paling berat sekali sehingga sering membuatku ingin
sekali menyerah. Namun kalau aku menyerah sama halnya aku pun mengajari mereka
untuk menyerah. Semoga tak ada lelah dan hilangnya rasa cinta dan sabar yang
mengusikku menjadi seorang pendidik.
#Semangatbelajarmenulis
#yangpentingtulisdulu
Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community
#Day11
0 komentar