Benar saja Belum Cukup, harus Baik juga


Pagi ini pertama kali aku masuk Madrasah setelah dua minggu kemarin libur semester dan seminggu izin libur karena ibu mertua yang sakit bebarengan dengan si kecil adam. Hari pertama masuk harus ku awali dengan baik, jangan sampai aku datang terlambat. Sudah menjadi kebiasaanku kalau aktivitas di awali dengan hal buruk pasti besoknya pun begitu. Oleh karena itu, agar aku selalu datang tepat waktu maka hari pertama masuk Madrasah pun tak boleh datang terlambat. Awal yang baik demi masa depan yang baik.

Sumber Foto: www.pexels.com

Tahun ini adalah tepat 5 tahun aku mengabdi di Madrasah. Waktu yang cukup lama mengenal anak-anak dengan latar belakang yang berbeda. Aku yang tak pernah bermimpi menjadi Guru, Qadarallah akhirnya aku pun mencintai pekerjaan ini. Berulang kali berpikir untuk berhenti karena merasa tak mampu menjadi panutan yang baik bagi mereka. Namun, Alhamdulillah hingga 5 tahun ini aku masih diberi kekuatan bertahan memperbaiki diri untuk diri sendiri dan tentunya untuk memberikan contah yang baik buat mereka.

Pagi ini dengan tas rangsel kesayanganku, aku memasuki kelas dengan semangat. Kelas unggulan Madarasah yang aku sendiri wali kelasnya. Saat memasuki kelas ini terasa sekali persaingannya. Semua berebut ingin menjadi yang terbaik. Namun ada satu tugas besar yang saat ini masih menjadi PR besar buat aku, yaitu menjadikan kelas yang kompak serta menanamkan jiwa sosial yang tinggi kepada mereka yang selalu bersaing keras untuk menjadi terbaik. Buat apa menjadi terbaik, kalau mereka tak memiliki jiwa sosial yang baik. Saat salah satu diantara mereka memahami ilmu baru ia simpan sendiri dan tak mau berbagi, hanya karena tak ingin ada yang mengunggulinya.

Untuk itu, benar saja memang tidak cukup. Kebenaran harus dibarengi dengan cara yang baik. Mereka benar ingin selalu bersaing menjadi yang terbaik, namun juga harus dilakukan dengan cara yang baik. Menanamkan tentang benar dan baik kepada mereka ini pun terus kulakukan dari hal kecil. Beberapa kali aku bersabar menghadapi mereka dengan segala keunikannya. Ada satu cerita, saat pelajaran akan di mulai, aku menyuruh anak-anak untuk mengeluarkan buku pelajaran. Benar saja mereka mengeluarkan buku tapi mengeluarkan buku pelajaran keluar kelas. beginilah kalau kebenaran tidak dilakukan dengan cara yang baik.

Satu cerita lagi, saat aku menanyakan dimana rumah mereka, benar saja mereka menjawab bahwa rumahnya tidak dibawa, kan bukan siput. Sebagai guru memang harus menyediakan berton-ton stok sabar menghadapi tingkah mereka. Mereka memang benar dengan segala kebenarannya. Namun mereka lebih sering melakukannya dengan cara yang kurang baik. Duduk didalam kelas saat pelajaran adalah benar namun mereka juga harus tahu cara duduk yang baik agar jangan sampai mereka duduk cangkruk di depan guru.

Tugas seorang guru memang tidak hanya menyampaikan pelajaran dengan baik, namun juga harus berusaha keras memberi contoh dan teladan yang terbaik untuk mereka. Itu tugas yang paling berat sekali sehingga sering membuatku ingin sekali menyerah. Namun kalau aku menyerah sama halnya aku pun mengajari mereka untuk menyerah. Semoga tak ada lelah dan hilangnya rasa cinta dan sabar yang mengusikku menjadi seorang pendidik.
#Semangatbelajarmenulis
#yangpentingtulisdulu


Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community
#Day11


You Might Also Like

0 komentar