Malam itu terasa sangat
dingin, tangan dan kaki serasa begitu kaku. Bulan tampak ceria dengan cahaya
hangatnya. Sesekali kulihat gawaiku yang mulai lowbat memaksaku bolak balik
mencari colokan demi mendapatkan daya untuk gawaiku. Kulihat ibu yang sudah
mulai gelisah menunggu waktu, matanya terlihat redup kemudian berusaha
menyembunyikan dalam senyuman manisnya. Memang begitulah ibu tak pernah sedikitpun
menunjukkan sikap khawatir, meski terlihat jelas di balik matanya
mengisyaratkan ketakutan dan kekhawatiran.
![]() |
Do'a via https://www.elmina.id |
Hari jum’at jam
20.00 WIB, jadwal ibu untuk melakukan oprasi setelah 2 minggu sebelumnya
melakukan USG dan ada tumor di rahim ibu yang harus dioprasi. Sudah
bertahun-tahun ibu menyembunyikan rasa sakitnya lantaran tak ingin merepotkan
anaknya. 1 tahun sebelumnya bapak pun juga di uji sakit oleh Allah. Bapak yang
tak pernah mengeluhkan sakit di tubuhnya dan selalu terlihat sehat ambruk
sepulang dari kebun. Tiba-tiba setengah badannya tidak bisa di gerakkan.
Tidak hanya bapak
dan ibu, adik pun juga sakit saat bapak belum sembuh dari sakitnya. Dan hampir 1
bulan dirawat di rumah sakit. Ya Allah, kenapa keluargaku Engkau uji sakit secara
bergantian dan dalam waktu yang dekat. Sungguh bukan perkara mudah saat itu,
aku yang baru saja membangun rumah tangga dan berulang kali jatuh dalam membangun
perekonomian harus di uji menghadapi itu semua. Namun, mengingat kembali bahwa
Allah tidak akan menguji hambanya melebihi kemampuannya membuatku belajar
banyak dari itu semua.
Puncaknya adalah
sakit ibu, ibu yang sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit akibat stroke ringan
harus kembali ke rumah sakit untuk menjalani oprasi. Dengan sepeda motor kubonceng
ibu ke rumah sakit agar orang tak banyak curiga dan bertanya kemana kami pergi.
Begitulah ibu, kepada tetanggapun tak pernah ingin merepotkan. Rasa sedih
bergelayutan sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, tak jarang tiba-tiba air
mata menumpah di balik helm. Hanya do’a yang mampu kupanjatkan berharap ibu
akan mendapatkan penanganan yang baik serta kesembuhan.
Ibu, sungguh aku tak pernah mampu melihat
tubuhmu yang terlihat semakin kurus menahan sakit. Aku tak pernah mampu
melihatmu bersedih. Ibu, tak ada yang bisa kuberikan kepadamu selain gerimis do’a
untuk kebahagiaanmu. Hanya gerimis do’a dariku untuk kesalamatanmu di dunia dan
akhirat...
Waktu selalu saja
berjalan begitu cepat. Aku yang dulu hanya anak ingusan yang sering mewek saat
di usilin teman. Sekarang berganti menjadi seorang ibu. Aku yang dulu dengan
mudah merengek di depan ibu, sekarang harus terlihat lebih tegar di depan ibu. Begitu
cepatnya waktu merampas kebahagiaan masa kecilku dan memaksaku untuk menjadi
dewasa, bukan saja tubuhku yang dewasa pikiran dan hati pun harus mendewasa. Tapi
begitulah hidup, silih berganti mengajarkan ketidakabadian.
#Semangatbelajarmenulis
#yangpentingtulisdulu
Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community
#Day8
2 komentar
Du nangis😭😭😭
BalasHapusSemoga segera sembuh, Ibu... Mbak Author yang sabar, ya...
Selalu berprasangka baik pada Allah.. Semoga segera diberi sehat ya mbak.. Allah kasih ujian sesuai kemampuan hambanya. Berarti mbak Isa dianggap kuat oleh Allah.. 🤗🤗
BalasHapus