Dears, di zaman milineal ini, anak-anak lebih dekat dengan yang namanya
gadget. Mereka lebih mudah memainkan apa saja melalui gadget. Padahal
jika kita mau mengenalkan mainan tradisioanal kepada anak-anak, kita pun ikut
serta melestarikan permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan anak-anak.
Jika dibandingkan dengan bermain gadget, mainan tradisional pun lebih
banyak manfaatnya.
Selain sangat mudah memainkannya, permainan tradisional lebih sering
mengandalkan gerak aktif tubuh anak-anak. Dengan begitu anak-anak telah
melakukan olah tubuh yang membuat otot tubuh semakin kuat dan badan menjadi
lebih sehat. Tidak itu saja,mainan tradisional yang dimainkan oleh banyak anak
membuat anak-anak belajar bersosialisasi, kekompakan dan kerja sama dengan
teman-temannya.
Lalu apa saja mainan tradisional yang bisa kita kenalkan kepada anak-anak, yuk
simak ulasannya:
Gobak Sodor
![]() |
Sumber Foto: www.boombastis.com |
Hmmm, kalau ingat mainan satu ini selalu bikin nafas
ngos-ngosan saat memainkannya. Bagaimana tidak gobak sodar merupakan mainan
yang juga mengandalkan aksi kejar-kejaran. Gobak sodor dimainkan oleh 2 regu
yang berisi 2-5 anak. permainan ini membutuhkan tempat yang cukup luas dengan
membuat garis-garis penjagaan. Regu yang kalah akan bertugas menjaga garis
tersebut agar lawan tidak mudah menerobos melewati garis lawan. Dengan bermain
gobak sodor anak-anak akan belajar kerjasama dengan baik serta belajar membuat
strategi yang baik untuk memenangkan permainan.
IngkIing
Ada yang mengatakan
engklak, kalau di desaku engklak sering disebut ingkling. Permainan ingkling
adalah permaian dimana anak-anak harus menjaga keseimbangan saat melompat melewati
kotak-kotak dengan 1 kaki. Selain itu
tiap peserta harus mempunyai gancu yang biasanya terbuat dari pecahan genting. Butuh
kejelian saat melemper gancu, agar gancu jatuh tepat di dalam kotak.
Dakon/Congklak
Jadi ingat masa kecil dulu
saat memainkan dakon. Aku yang tak punya papan dakon tidak menyurutkan aku
untuk memainkannya. Dakon yang dimainkan oleh 2 anak ini bisa juga dilakukan
meski tanpa papan dakon, cukup dengan membuat lubang di depan halaman rumah. Tentunya
yang masih punya halaman rumah yang berbentuk tanah ya Dears! Papan dakon bisa
diganti dengan membuat lubang diatas tanah tersebut sebanyak 14 lubang dan 2
lubang yang besar, kemudian biji
dakonnya bisa menggunakan batu kerikil. Tugas pemain adalah meletakkan biji
kedalam tiap-tiap lubang dan mengumpulkan sebanyak mungkin biji kedalam lubang besar
miliknya. Pemain yang paling banyak jumlah bijinya adalah pemenangnya. Selain menyenangkan,
dengan bermain dakon kita pun bisa belajar berhitung melalui biji yang
diletakkan ke tiap lubang.
Petak Umpet
Kalau mainan yang satu ini
masih sering dimainkan oleh anak-anak. Petak umpet akan lebih seru bila
dimainkan oleh banyak anak. setelah melakukan hompimpah, 1 anak yang kalah akan
menjadi penjaga, anak yang menjadi penjaga harus memejamkan mata dan dalam
hitugan 1 sampai 10 anak-anak mulai bersembunyi. Setelah hitungan berakhir,
penjaga harus segera mencari pemain yang sedang bersembunyi.
Kucing-kucingan
Permainan ini dimainkan
oleh 5-20 anak. Permainan diawali dengan melakukan hompimpa, 2 anak yang kalah
harus melakukan suit dan yang menang akan menjadi tikus serta yang kalah
menjadi kucing. Kemudian peserta yang lain saling bergandengan tangan membentuk
lingkaran. Tikus berada di dalam lingkaran serta kucing berada diluar
lingkaran. Kucing berusaha mengejar dan menembus pagar untuk menangkap tikus. Lingkaran
berputar dan berjongkok untuk melindungi si tikus dari kucing.
Demikian beberapa mainan tradisional yang bisa kita kenalkan kepada
anak-anak. Zaman boleh saja berubah menjadi lebih modern dengan kecanggihan
teknologinya, namun kita pun juga harus berperan ikut melestarikan permainan
tradisional, jangan sampai permainan yang seru dan asyik dimainkan ini hilang
karena tidak ada lagi yang bisa memainkannya. Semoga bermanfaat!
#Semangatbelajarmenulis
#yangpentingtulisdulu
Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community
#Day3
0 komentar