Hebat, 3 Ilmuwan Muslim ini Sangat Berpengaruh dalam Ilmu Kedokteran



Perdaban Islam dari masa ke masa selalu mengalami kemajuan. Seperti halnya peradaban Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Masa Dinasti Abbasiyah tercatat dalam sejarah merupakan masa keemasan dengan munculnya beberapa ilmuwan dan ulama’ dengan karya-karya gemilangnya. Banyak limuwan dari berbagai bidang muncul pada masa itu diantarannya 3 ilmuwan yang sangat berpengaruh dalam bidang kedokteran. Untuk mengenal lebih dekat, berikut 3 ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh dalam ilmu kedokteran:

Ali bin Rabban at-Tabari
Abu al-Hasan Ali bin Sahl Rabban At-Tabari lahir pada tahun 838 M. Ayahnya Sahal bin Bisyr adalah seorang pejabat negara yang berpendidikan tinggi dan di hormati masyarakat. At-Tabari adalah sebutan terkenalnya, beliau penemu pertama ensiklopedia kedokteran yang berjudul ‘Firdaus al-Hikmah’ yang berjumlah 7 jilid, ditulis dalam bahasa Arab dan kemudian diterjemahkan sendiri ke dalam bahasa Syiria. Beliau mahir bahasa Syiria dan Yunani yaitu dua bahasa yang menjadi sumber untuk tradisi pengobatan kuno. Ali bin Rabban at-Tabari bukan hanya seorang dokter, ia juga ilmuwan yang menguasai berbagai macam ilmu seperti astronomi, filsafat, matematika dan sastra.

Ibnu Sina
Ibnu sina/Avvicenna lahir pada tahun 980 M di Ifsyina, sebuah kota di Bukhara. Saat usia 10 tahun, telah hafal al-Qur’an. Dalam dunia kedokteran Ibnu Sina adalah ilmuwan muslim pertama yang menemukan peredaran darah manusia yang mana 600 ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey seorang dokter dari Inggris. Ibnu sina juga yang pertama kali menyatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanan lewat tali pusarnya. Ibnu Sina juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa yang kini disebut psikoterapi.
Ibnu sina telah menghasilkan 200 karya. Salah satu karya besarnya adalah ‘Qonun fi al-Thibb’. Buku ini merupakan kumpulan pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Buku tersebut kemudian menjadi buku panduan para mahasiswa kedokteran Eropa dari abad ke-12 M hingga ke-17 M.
Ibnu Sina juga dijuluki “Raja Obat” serta dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf. Pada tahun 1995 Ibnu sina dinobatkan sebagai Father of Doctors (Bapak Kedokteran) dengan dibangunnya monumen untuknya.
“Aku lebih suka hidup singkat dengan banyak ilmu daripada hidup lama dalam keadaan bodoh” sebuah qoute dari Ibnu Sina. Dari qoute tersebut jelas terlihat bahwa seluruh hidupnya ia curahkan untuk ilmu pengetahuan.

Zakariyya ar-Razi
Ar-Razi /ar-Razes murid dari Ali bin Rabban at-Thabari. Beliau lahir pada tahun 865 M, berasal dari Persia. Ar-Razi sangat rajin melakukan penelitian dan menuliskan hasil penelitiannya bahkan dalam setahun beliau mampu menulis 20.000 lebih lembar kertas, sehingga karyanya mencapai 232 buku. Buku hasil penelitiannya yang terkenal adalah al-Hawi, Ensiklopedia kedokteran berjumlah 20 jilid.
Ar-Razi adalah dokter pertama yang meneliti tentang penyakit cacar (Small-Pox). Salah satu karyanya yang membahas tentang campak dan cacar adalah fi al-Judari wa al-Hasbat dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris sehingga buku tersebut menjadi rujukan para dokter Eropa tentang seluk beluk penyakit cacar. Selain menulis buku, ar-Razi juga menciptakan berbagai jenis obat serta menemukan cara membuat alkohol.

Itulah ilmuwan muslim yang telah memberi kontribusi besar kepada dunia dan sangat berpengaruh dalam bidang kedokteran. Selain mahir dalam bebagai bidang ilmu pengetahuan mereka juga seorang penulis hebat terbukti dengan banyaknya karya yang lahir dari tangan mereka. Semoga kisah hidup mereka menjadi penyemangat bagi kita semua dalam menuntut ilmu dan berkarya.
#Semangatbelajarmenulis
#yangpentingtulisdulu


Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community
#Day14


You Might Also Like

0 komentar